SOPPENGTERKINI.COM,MAROS - Pengurus Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) STAI DDI Maros menggelar dialog kebangsaan dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November 2018, di Kampus STAI DDI Maros, Maccopa, Sabtu 10/11/2018.
Pengurus Komisariat PMII STAI DDI Maros, Muhammad Dani mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan program kajian rutin mingguan pengurus bersama kader PMII STAI DDI Maros untuk mengkaji dan mendiskusikan isu-isu atau wacana strategis ke kinian.
"Tema diskusi hari ini agak spesial karena bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November, dengan menghadirkan Ketua PC GP Ansor Maros, Abrar Rahman selaku pemantik diskusi,"kata Dani.
Abrar Rahman lebih jauh menjelaskan bahwa peristiwa heroik 10 November 1945 dilatari atau dipicu oleh spirit Resolusi Jihad Fi Sabilillah dari Hadratusyekh KH. Hasyim Asy'ari selaku Rais Akbar NU pada saat itu, hal tersebutlah yang membangkitkan semangat berjihad para Kiyai, Santri, dan rakyat Surabaya, yang secara spontan bergerak melawan tentara Gabungan Inggris dan India yang mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945.
Bunyi Resolusi Jihad NU pada waktu itu adalah, berperang menolak dan melawan penjajah itu fardlu ain (yang harus dikerjakan oleh tiap-tiap orang islam, laku-laki, perempuan, anak-anak, bersenjata atau tidak) bagi yang berada dalam jarak lingkaran 94 km dari tempat masuk dan kedudukan musuh. Bagi yang berada diluar jarak lingkaran tadi, kewajiban itu fardlu kifayah (yang cukup kalau dikerjakan sebagian saja).
Dalam tempo singkat, Surabaya guncang oleh kabar seruan PBNU tersebut. Dari masjid ke masjid dan dari mushalla ke mushalla tersiar seruan jihad yang dengan suka cita disambut penduduk Surabaya. Resolusi jihad ini telah membakar semangat seluruh lapisan masyarakat hingga pemimpin di Jawa Timur terutama di Surabaya, hingga dengan tegas mereka berani menolak kehadiran sekutu yang sudah mendapat ijin dari pemerintah pusat di Jakarta.
Terjadilah pertempuran 4 hari berturut turut yakni tanggal 26, 27, 28, 29 Oktober 1945, arek-arek Suroboyo berhasil menewaskan pimpinan tentara Inggris Malaby sehingga membuat atasannya Mayjen E.C. Mansergh di yang berkedudukan di Singapura marah besar dan mengumumkan genjatan senjata.
Resolusi Jihad NU 22 Oktober 1945, adalah momentum bersejarah yang kurang diungkap oleh sejarawan-sejarawan konvensional, karena itu itu diskusi ini memberi gambaran atau persepektif baru bahwa peran Kiyai, Santri bersama rakyat begitu besar dan dahsyat dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
"Karena itu kalau Sukarno mengatakan jangan sekali kali melupakan sejarah (Jas Merah), maka kita sebagai kader-kader muda NU juga punya jargon yaitu, jangan sekali kali melupakan jasa Ulama (Jas Hijau)," tutup Abrar Rahman.
Penulis: Ar
Editor: Abhy