Dibalik Catatan Kecil Sang Jurnalis Lokal -->

Iklan Semua Halaman

Dibalik Catatan Kecil Sang Jurnalis Lokal

9 Juli 2018
Soal Kabupaten Wajo Yang Menjadi Langganan Banjir
Kondisi banjir Kabupaten Wajo diambil dari udara 


Bencana banjir seolah-olah tidak asing lagi di telingah masyarakat Kabupaten Wajo khususnya bagi mereka yang ada dipesisir danau tempe karena bencana banjir seakan menjadi "tamu" tahunan bagi mereka.

Arisal
Pimpinan Umum SOPPENGTERKINI.COM

Berbicara tentang banjir, hampir setiap daerah pernah merasakan hal ini, karena bencana tersebut sering kali menimpa masyarakat baik banjir yang disebabkan oleh hujan deras yang berkepanjangan banjir juga bisa disebabkan oleh jembolnya tanggul atau bendungan.

Namun, Perlu digarisbawahi bahwa pola hidup atau aktivitas manusia lah yang sebeanarnya sangat mempengaruhi kondisi lingkungan sekitar termasuk kondisi banjir yang dialami oleh sejumlah masyarakat di Kabupaten Wajo. Tanpa disadari, banyak hal-hal kecil yang telah kita lakukan justru berdampak besar sehingga akhirnya merusak lingkungan sekitar.

Disisi lain, banjir yang terjadi tentu akan mempengaruhi kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Hal ini dikarenakan bencana banjir dengan menyebabkan lingkungan tidak sehat yang selanjutnya akan berpotensi menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Penyediaan air bersih seringkali terganggu, begitu pula masyarakat akan kesulitan mencari sarana untuk mandi dan buang air.

Terkait banjir yang ada di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan yang tidak bisa terhindarkan, membutuhkan penanganan yang serius bukan hanya dari Pemerintah Kabupaten dan Provinsi akan tetapi Pemerintah Pusat juga diharapkan ikut berperang aktif dalam mencari solusi penanganan tersebut.

Ketika banjir datang, masyarakat lebih memilih berdiam dirumah masing-masing sembari menunggu air kembali surut, meski terkadang banjir yang terjadi hingga berbulan-bulan lamanya. Karena itu, sudah semestinya kita memiliki sistem penanganan korban banjir yang permanen.

Dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat sangat jelas karena selain merusak lingkungan, banjir juga ikut merusak tempat tinggal dan perabotannya, sampai mengancam kesehatan karena banyaknya penyakit yang dapat menyerang kesehatan masyarakat.

Kedatangan banjir yang merendam pemukiman warga yang ada di pesisir danau tempe juga seringkali menjadi perdebatan karena tidak jarang ada beberapa orang yang semakin menyalahkan Pemerintah karena tidak mampu menanggulangi permasalahan banjir. Entah sadar atau tidak, jika mengeluh dan menyalahkan Pemerintah tidak akan membawa solusi?

Karena banjir yang kerap melanda itu bukan hanya di sebabkan oleh intensitas hujan lebat yang mengguyur, akan tetapi cuaca cerahpun luapan air terkadang melimpah hingga menggenangi  kawasan pemukiman warga termasuk areal persawahan dan perkebunan, karena air tersebut merupakan kiriman air dari sejumlah kabupaten tetangga dituding sebagai salah satu biang akan bencana banjir tersebut.

Dampak dari kiriman air tersebut, banjir di Kabupaten Wajo tidak bisa terhindarkan lagi karena adanya pendangkalan danau tempe meski danau itu memiliki luas hingga 13.000 hektar namun dengan area yang cukup luas itu tidak mampu membendung air yang datang dari berbagai daerah karena jalur keluar yang menjadi pembuangan hanya satu jalur yakni sungai welennae.

Banjir di Bumi Lamaddukkelleng sebutan Kabupaten Wajo ini semakin diperparah oleh lumpur dan enceng gondok yang bisa menghanyutkan pemukiman warga. Sehingga Penulis beranggapan bahwa selain fokus terhadap bagaimana melakukan penanggulangan akan bencana banjir tahunan ini, Pemerintah juga harus memikirkan bagaimana kemudian membuat sebuah konsep yang menjadi solusi dalam melakukan penanganan terhadap korban bencana banjir tersebut.

Solusi Penanganan bagi mereka yang ada dipesisir danau tempe, seperti Desa Pallimae, Ugi dan Worongnge di Kecamatan Sabbangparu serta Desa Limporilau dan Macero di Kecamatan Belawa begitu juga Kelurahan Wiripalannae, Salomenraleng, Laelo, dan Watanglipue di Kecamatan Tempe
tidak hanya sekedar memberikan bantuan sandang dan pangan saat banjir akan tetapi mencarikan solusi agar mereka terbebas dari banjir.

Bagi penulis, solusi yang baik untuk membebaskan mereka dari bencana banjir adalah melakukan pengerukan danau tempe yang berdasarkan informasi mengalami pendangkalan hingga 30 centimeter setiap tahunnya. Selain itu, solusi lain adalah melakukan relokasi pemukiman bagi mereka yang ada di wilayah pesisir danau tempe ke tempat yang lebih tinggi namun ini memerlukan kajian lebih mendalam mengingat mayoritas mereka yang ada di pesisir danau tempe berprofesi sebagai nelayan.

Namun jika relokasi harus dilakukan maka penulis menyarankan kepada Pemerintah untuk memberikan lahan kepada mereka yang direlokasi agar bisa bercocok tanam karena selama ini berprofesi sebagai nelayan beralih ke sektor pertanian untuk menghidupi keluarganya.

Selain itu, Sebenarnya kalau pikirkan secara seksama maka disetiap banjir akan membuat para politisi dan pejabat daerah bereaksi dengan membuat teori-teori untuk solusi, minimal solusi seperti anjuran agar masyarakat jangan membuang sampah sembarangan selain itu, solusi lain yakni tidak mendirikan rumah hunian di bantaran sungai karena dapat mempengaruhi daerah resapan. (**)